Ada sebuah Negara yang bernama Andalucia. Andalucia ini
merupakan Negara yang maju, makmur dan sejahtera. Kemajuan yang dialami Negara Andalucia
ini tidak lain karena ia memiliki seorang raja yang sangat adil dan sangat
bijaksana. Raja Andalucia ini bernama Udin bin Mansur bin Yazid Al Andalusi.
Karena saking sibuknya melayani rakyatnya ia hampir saja lupa bahwa ia
mempunyai seorang puteri yang cantik jelita yang sampai saat ini masih belum
mempunyai pendamping hidup. Walaupun ia seorang raja, tetapi ia juga seorang
ayah dari anak puterinya yang mempunyai tugas kewajiban untuk menikahkan anak
puterinya.
Raja Udin ketika itu baru terfikir untuk menikahkan anak
putrinya. Ia kemudian mendatangi anak puterinya dan bertanya tentang criteria
lelaki yang pantas untuk ia jadikan teman dalam hidupnya. Sang Putri pun
memberikan criteria lelaki yang pantas buatnya yaitu lelaki yang pandai dalam menulis
bait-bait puisi agar ia selalu merasa bahagia dalam hidupnya.
Tak lama kemudian Raja Udin pun akhirnya memanggil menkoinfonya
untuk mengumumkan ju’alah atau sayembara
dalam menulis bait-bait puisi dengan hadiah menikah dengan Putri Andalucia bagi
penulis puisi terbaik. Sang menkoinfo dibantu oleh ajudan-ajundannya
menyebarkan pengumuman ini melalui selembaran yang bernama pesbuk ke seluruh
pelosok negeri andalucia ini. Ketentuan dari sayembara ini ialah puisi harus
ditulis dalam bentuk tulisan tangan dan dikirimkan selambat-lambatnya tiga
minggu kalau jalan kaki dan satu minggu kalau naik kuda(khusus daerah terpencil
dibuktikan dengan e-KTP) sedangkan untuk daerah sekitar ibu kota paling lambat
dua hari kalau pakai kuda dan seminggu kalau jalan kaki serta dibuktikan dengan
e-KTP terbaru.
Menyebarlah pengumuman sayembara menulis puisi ini dikalangan
khlayak ramai. Namun yng paling antusias dalam sayembara ini ialah para pemuda,
karena hadiah pemenang dari sayembara ini akan dinikahkan dengan Putri Raja
Andalucia. Semenjak saat itu para pemuda Negara Andalucia semuanya sibuk menulis
bait-bait puisi.Tidak jarang toko-toko peralatan tulis kehabisan stok kertas
dan pena di tokonya, dikarenakan saking banyaknya pemuda-pemuda yang membeli
kertas dan pena.
Saat itu ada dua orang pemuda yang bernama Borne dan andals
sedang jalan-jalan dikampung sebelah. Mereka merasa aneh melihat tingkah laku
dari para pemuda kampung sebelah yang sibuk menulis dikertas sambil membaca
bait-bait puisi. Borne dan Andals merasa semakin penasaran, karena tiga hari
yang lalu mereka juga jalan-jalan ke kampung sebelah ini. Akhirnya rasa
penasaran mereka terobati setelah membaca selembaran pesbuk yang dipasang
disebuah pohon. Sekarang mereka baru tahu ternyata Negara mereka Andalucia
sedang mengadakan sayembara.
Sebagai pemuda yang normal Borne dan Andals pun tidak mau
ketinggalan dengan pemuda-pemuda lain dalam bersaing memperebutkan Putri Andalucia.
Borne dan Andals akhirnya memutuskan untuk ikut sayembara menulis puisi ini.
Tidak ada kendala berarti yang dialami oleh Borne dalam menulis puisi, paling
hanya masalah dalam memilih kata yang halus dan menarik saja. Adapun judul
puisi yang ia tulis ialah Share Devidend. Judul ini ia ambil ketika ia teringat
waktu mengikuti halaqah Syaikh Al Mazindarani yang merupakan bapak Akuntansi
Islam. Beda hal nya dengan Andals, bukannya dia tidak pandai berpuisi, tapi
yang menjadi masalah bagi dirinya ialah ia tidak bisa baca tulis. Sebagai teman
yang baik Borne tidak mau melihat temannya sedih karena tidak bisa menulis
puisi yang sebenarnya sudah ada dibenak temannya tersebut, walaupun sebenarnya
ia menyadari bahwa Andals merupakan saingannya juga dalam sayembara ini. Dengan
niat yang ikhlas dan semangat persahabatan Borne menuliskan apa yang keluar
dari mulut Andals berupa untai-untain bait puisi yang ia tuturkan hingga
selesai.
Selesai sudah bait-bait puisi yang dibuat oleh Borne dan
Andals. Setelah mempersiapkan bekal perjalanan Borne dan Andalas memutuskan
berangkat menuju istana kerajaan yang jaraknya dapat menghabiskan waktu sekitar
tiga minggu lamanya dengan jalan kaki. Jarak dan waktu bukanlah penghalang bagi
mereka berdua untuk menyerahkan puisi dalam
sayembara ini kepada Putri Andalucia. Tepat di hari terakhir minggu ketiga
akhirnya Borne dan Andals tiba di istana Andalucia, maklum rumah mereka sangat
jauh. Setibanya disana mereka menyaksikan banyak pemuda yang menyerahkan kertas
yang berisi puisi yang mereka buat kepada putri Andalucia. Tak mau keinggalan
Borne dan Andals juga menyerahkan puisi buatan mereka kepada Putri Andalucia.
Dari sekian banyak puisi yang dikasihkan kepada Putri Andalucia
maka ditetapkan hanya dua buah puisi yang berhak lolos kebabak final.
Diumumkanlah dua puisi yang masuk final tersebut yaitu puisi yang berjudul “Share
Devidend” yang dikarang oleh Borne dan
puisi yang berjudul “Antara Cinta dan Air” oleh Andals. Ternyata benar apa
telah difikirkan sebelumnya oleh Borne bahwa Andalas akan menjadi pesaing bagi
dirinya.
Babak final segara dimulai. Adapun aturan dalam babak final
ini para peserta final diminta untuk membacakan puisi mereka masing-masing
dihadapan Putri Andalucia dan Raja Udin. Maka dipanggillah peserta pertama
untuk membacakan puisinya yaitu Borne dengan judul puisi “Share Devidend”. Tidak
lama kemudian Borne membacakan puisinya dengan penuh penghayatan jiwa dan rasa.
Share Devidend
Share Devidend
(Oleh Borne)
Cinta itu menurtku tak ubahnya
laksana share devidend
Yang harus dideklarasikan, direcord,
dan didistribusikan
Ku deklarasikan cinta ini ketika
kumelihat betapa indah akhlak dan budi pekertimu
Rasanya ku ingin deklarasikan
langsung kepada mu,
tapi sayang aku takut rabb ku tak meridhoi
ku
Cukuplah cintai ini hanya terrecord
didalam hati
jika sudah saatnya nanti, pasti
kudistribusikan cintai ini saat kamu sudah kumiliki
Semua hadirin, Raja dan Putri Andalucia sangat terpukau
dengan penampilan puisi yang dibacakan oleh Borne. Selesai sudah penampilan
dari Borne.
Tibalah giliran Andals untuk membacakan puisinya dihadapan
Raja Udin dan putrid Andalucia. Maka dipanggillah nama Andals untuk membacakan
puisinya. Andals pun mulai kebingungan dan grogi karena ada beberapa bait puisi
ia sudah lupa. Mungkin karena jauh dan lamanya perjalanan yang telah ia lalui.
Untuk membaca tulisan puisi yang sudah buatnya Andals tidak bisa, karena ia
tidak bisa baca dan menulis. Melihat temannya mengalami masalah, Borne akhirnya
mendatangi temannya yang bernama Andals tersebut dan menanyakan masalah yang
dialaminya. Terjadilah diskusi antara Borne dan Andals untuk menyelesaikan masalah
yang dialami oleh Andals. Hasil diskusi tersebut Andals meminta Borne untuk
membacakan puisinya dihadapan Raja Udin dan putrid Andalucia dengan catatan
puisi tersebut atas nama Andals. Borne kemudian meminta izin kepada Raja dan
putri Andalucia untuk membacakan puisi dari temannya yang bernama Andals dengan
alasan lidah Andals masih kelu sehingga sulit untuk membacakan puisinya.
Sebagai raja yang adil dan bijaksana Raja Udin memberikan izin kepda Borne untuk
membacakan puisi milik Andals. Demi persahabatan Borne membacakan puisi milik
sahabatnya Andals.
Antara
cinta dan air
(oleh Andals)
Antara cinta dan air itu tak ada bedanya
Warna air selalu berubah sebagaimana
kita merubahnya
Begitu juga cinta yang selalu berubah
sebagaimana kita merubahnya
Antara cinta dan air itu tak ada
bedanya
Rasa air selalu berubah sebagaimana
kita merasakannya
Begitu juga cinta yang selalu berubah
sebagaimana kita merasakannya
Namun cintaku ini beda tak seperti
warna dan rasa
Cintaku ini laksana dalamnya air di
samudera yang tak seorangpun dapat merubahnya
Tidak jauh beda dengan puisi sebelumnya para hadirin, Raja
Udin dan putri Andalucia dibuat terpana oleh puisi yang dibacakan oleh Borne
walaupun sebenarnya puisi ini ialah miliknya Andals.
Selesai sudah penampilan dari finalis dalam sayembara ini.
Maka datanglah saat yang ditunggu-tunggu yaitu pengumuman pemenang dari
sayembara ini. Adapun yang menilai dan menetapkan siapa yang berhak menjadi
juara dalam sayembara ini adalah Putri Andalucia, karena yang menjadi
pemenangnya nanti akan menjadi suaminya. Putri andalucia akhirnya memutuskan
yang berhak menjadi pemenang dalam sayembara ini adalah Borne dengan berbagai
pertimbangan termasuk judul dan isi puisi Borne yang lebih menarik dibanding
puisi milik Andals. Walaupun sebenarnya puisi milik Andals juga bagus, hanya
saja bukan Andals yang membacanya.
Borne mendengar dirinya
menjadi pemenang, Borne langsung sujud syukur dan berdoa semoga Putri Andalucia
merupakan calon istri yang Allah SWT pilihkan buat dirinya. Selesai berdoa ia
langsung tersenyum dan teringat dengan perkataan Steve Jobs “Market is not
about science, it’s about art” tapi sekarang kata tersebut tak lagi belaku bagi
dirinya dan harus segera dirubah dengan ”Nikah is not about science, it’s
about art”.
Bogor, 31 Januari 2013