Tepatnya setahun lalu di Bulan
Ramadhan ketika itu saya sebagai perwakilan dari HIMAPAS(Himpunan Mahasiswa dan
Pelajar Sambas) diminta sebagai pemateri untuk mengisi acara pesantren
kilat(sanlat) di sebuah SMP. Memang sudah menjadi tradisi bagi kami ketika
ditunjuk untuk mengisi acara sanlat tidak boleh menolak termasuk saya. Setelah
pembukaan dan perkenalan kepada para peserta sanlat saya tidak langsung
menyampaikan materi yang ada dijadawal tapi saya hanya bertanya kepada para
peserta tentang hobi mereka masing-masing. Bermacam-macam memang ternyata hobi
mereka. Ada yang hobinya main sepakbola, badminton, jalan-jalan, menulis,
nonton, dengerin music, ngappak disungai (ngojai disusukan cek sundana mah hhee)
itu mah saya kali hehe, membaca, dan lain-lain.
Kalau yang hobinya main sepak bola,
badminton, jalan-jalan, menulis, nonton atau dengerin music bukanlah suatu hal
yang aneh bagi saya. Namun ada satu hobi yang menurut saya agak sedikit aneh
yaitu yang hobinya membaca. Hobi kok membaca, aneh. Menurut saya yang namanya
hobi itu sangat erat kaitannya dengan antara sesuatu yang disukai dan tidak
disukai oleh seseorang. Apa jadinya misalkan jika saya katakana bahwa saya
tidak hobi makan atau saya tidak suka makan. Mungkinkah saya dapat bertahan
hidup? Jawabannya mungkin, tapi tidak mungkin saya bisa hidup lama dan saya akan
sakit-sakitan. Membaca itu bukan hanya sekedar hobi yang disukai atau tidak
disukai oleh seseorang akan tetapi membaca merupakan kebutuhan manusia seperti
halnya makan dan minum.
Bukan sudah menjadi rahasia umum
lagi bahwa kalimat pertama dari Al-Quran yang Allah SWT turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah tentang perintah membaca “Iqra’ / bacalah. Sungguh tidak
pantas agak naïf jika ayat yang pertama kali turun tentang perintah membaca
”iqra’ atau bacalah” oleh Allah SWT ini hanya dikategorikan sebagai hobi yang
sebagian orang tidak menyukainya. Membaca bukanlah masalah suka dan tidak suka,
tetapi membaca merupakan suatu kebutuhan dan bentuk taat kita kepada Allah SWT.
Tidak lah gampang merubah membaca
menjadi suatu kebutuhan yang selama ini menjadi sesuatu hal yang tidak sukai.
Tidak ada jalan lain kecuali kita harus memaksakannya pada diri kita. Ada
sebuah kisah di sebuah desa yang bernama Andalucia. Kebetulan di desa tersebut
ada seorang petani yang mempunyai anak gadis yang paling cantik dan sholehah di
desa tersebut. Yang mana jika setiap pemuda melihat anak gadis tersebut pasti
akan menginginkan untuk menikahinya.
Saat itu sipetani hendak menikahkan
anak gadisnya. Maka diadakanlah sayembara oleh sipetani. Yang menjadi
pemenangnya maka ia berhak menikah dengan anak gadis petani. Adapun
sayembaranya adalah berenang melewati sungai Apung yang ada di desa Andalucia
dan yang pertama kali sampai di seberang sungai maka ialah yang menjadi
pemenangnya. Para pemuda yang ada di desa tersebut datang berduyun-duyun untuk
mengikuti sayembara ini di tempat yang sudah di tetapkan oleh petani yaitu
pinggir sungai Apung. Ada kekhawatiran sebanarnya yang dirasakan oleh para
pemuda yang mengikuti sayembara ini. Bukan tidak bisa berenang yang menyebabkan
mereka merasa khawatir, akan tetapi kondisi sungailah yang menyebabkan mereka
khawatir. Seperti yang sudah mereka ketahui bahwasanya sungai Apung ini sangat
terkenal dengan buaya-buaya yang sangat ganas yang selalu siap setiap saat untuk
menerkam mangsanya.
Ketika para peserta sayembara serta
masyarakat yang hendak menyaksikan sayembara ini sudah berkumpul maka
dibacakanlah sekali lagi ketentuan dari sayembara ini yaitu pertama acara lomba
dimulai ketika masuk dhuha, kedua para peserta diminta untuk berada di pinggir
sungai Apung, ketiga peserta yang pertama kali sampai di seberang sungai
ditetapkan sebagai pemenang dan berhak menikah dengan anak gadis sipetani yang
cantik serta sholehah. Sebelum sayembara dimulai dilemparlah seekor kambing
yang sudah mati kedalam sungai tersebut maka dalam sekejap mata kambing
tersebut sudah tidak kelihatan lagi karena sudah dilahap oleh buaya-buaya yang
ganas di sungai Apung tersebut. Tidak
lama kemudian dipukullah gong sebagai petanda sayembara sudah dimulai. Anehnya
setelah dipukulnya gong tidak ada satupun peserta yang mau menyeburkan dirinya
ke sungai untuk menyeberang sungai. Satu jam berlalu tidak ada juga. Tiga jam,
empat jam berlalu masih tidak ada juga dan kelihatannya tidak ada tanda-tanda
peserta yang mau menyeberangi sungai Apung ini. Tapi diluar dugaan dan tidak
disangka tiba-tiba ada seorang pemuda yang bernama Udin menyeburkan dirinya ke
sungai ini. Dengan gesit dan kecepatan yang luar biasa akhirnya Udin bisa
terhindar dari cengkraman buaya-buaya yang ganas dan kemudian Udin akhirnya
bisa sampai keseberang sungai dengan selamat. Semua peserta dan masyarakat yang
menyaksikan sayembara ini merasa takjub atas keberhasilan Udin ini. Ketika Udin
sudah sampai seberang sungai bukan kegembiraan yang terlihat diwajahnya akan
tetapi ia malah marah-marah dan mencari-cari
siapa orang yang tadi mendorong dirinya dari pinggir sungai sehingga dirinya
tercebur ke sungai yang hampir saja membuat dirinya menjadi korban keganasan
buaya-buaya. Lima menit kemudian ia baru sadar bahwasanya dirinya sudah menjadi
pemenang dalam sayembara ini dan akhirnya Udin malahan mengucapkan terima kasih
kepada orang yang telah mendorong dirinya tercebur ke sungai yang membuat dirinya
terpaksa berjuang habis-habisan untuk melewati sungai Apung ini.
Bacalah! Walaupun kita terpaksa
insyaallah itu awal yang manis buat kita.
Depok, 28 january 2013
No comments:
Post a Comment