Sunday 27 January 2013

Bacalah...


Tepatnya setahun lalu di Bulan Ramadhan ketika itu saya sebagai perwakilan dari HIMAPAS(Himpunan Mahasiswa dan Pelajar Sambas) diminta sebagai pemateri untuk mengisi acara pesantren kilat(sanlat) di sebuah SMP. Memang sudah menjadi tradisi bagi kami ketika ditunjuk untuk mengisi acara sanlat tidak boleh menolak termasuk saya. Setelah pembukaan dan perkenalan kepada para peserta sanlat saya tidak langsung menyampaikan materi yang ada dijadawal tapi saya hanya bertanya kepada para peserta tentang hobi mereka masing-masing. Bermacam-macam memang ternyata hobi mereka. Ada yang hobinya main sepakbola, badminton, jalan-jalan, menulis, nonton, dengerin music, ngappak disungai (ngojai disusukan cek sundana mah hhee) itu mah saya kali hehe, membaca, dan lain-lain.

Kalau yang hobinya main sepak bola, badminton, jalan-jalan, menulis, nonton atau dengerin music bukanlah suatu hal yang aneh bagi saya. Namun ada satu hobi yang menurut saya agak sedikit aneh yaitu yang hobinya membaca. Hobi kok membaca, aneh. Menurut saya yang namanya hobi itu sangat erat kaitannya dengan antara sesuatu yang disukai dan tidak disukai oleh seseorang. Apa jadinya misalkan jika saya katakana bahwa saya tidak hobi makan atau saya tidak suka makan. Mungkinkah saya dapat bertahan hidup? Jawabannya mungkin, tapi tidak mungkin saya bisa hidup lama dan saya akan sakit-sakitan. Membaca itu bukan hanya sekedar hobi yang disukai atau tidak disukai oleh seseorang akan tetapi membaca merupakan kebutuhan manusia seperti halnya makan dan minum.


Bukan sudah menjadi rahasia umum lagi bahwa kalimat pertama dari Al-Quran yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah tentang perintah membaca “Iqra’ / bacalah. Sungguh tidak pantas agak naïf jika ayat yang pertama kali turun tentang perintah membaca ”iqra’ atau bacalah” oleh Allah SWT ini hanya dikategorikan sebagai hobi yang sebagian orang tidak menyukainya. Membaca bukanlah masalah suka dan tidak suka, tetapi membaca merupakan suatu kebutuhan dan bentuk taat kita kepada Allah SWT.
Tidak lah gampang merubah membaca menjadi suatu kebutuhan yang selama ini menjadi sesuatu hal yang tidak sukai. Tidak ada jalan lain kecuali kita harus memaksakannya pada diri kita. Ada sebuah kisah di sebuah desa yang bernama Andalucia. Kebetulan di desa tersebut ada seorang petani yang mempunyai anak gadis yang paling cantik dan sholehah di desa tersebut. Yang mana jika setiap pemuda melihat anak gadis tersebut pasti akan menginginkan untuk menikahinya.

Saat itu sipetani hendak menikahkan anak gadisnya. Maka diadakanlah sayembara oleh sipetani. Yang menjadi pemenangnya maka ia berhak menikah dengan anak gadis petani. Adapun sayembaranya adalah berenang melewati sungai Apung yang ada di desa Andalucia dan yang pertama kali sampai di seberang sungai maka ialah yang menjadi pemenangnya. Para pemuda yang ada di desa tersebut datang berduyun-duyun untuk mengikuti sayembara ini di tempat yang sudah di tetapkan oleh petani yaitu pinggir sungai Apung. Ada kekhawatiran sebanarnya yang dirasakan oleh para pemuda yang mengikuti sayembara ini. Bukan tidak bisa berenang yang menyebabkan mereka merasa khawatir, akan tetapi kondisi sungailah yang menyebabkan mereka khawatir. Seperti yang sudah mereka ketahui bahwasanya sungai Apung ini sangat terkenal dengan buaya-buaya yang sangat ganas yang selalu siap setiap saat untuk menerkam mangsanya.

Ketika para peserta sayembara serta masyarakat yang hendak menyaksikan sayembara ini sudah berkumpul maka dibacakanlah sekali lagi ketentuan dari sayembara ini yaitu pertama acara lomba dimulai ketika masuk dhuha, kedua para peserta diminta untuk berada di pinggir sungai Apung, ketiga peserta yang pertama kali sampai di seberang sungai ditetapkan sebagai pemenang dan berhak menikah dengan anak gadis sipetani yang cantik serta sholehah. Sebelum sayembara dimulai dilemparlah seekor kambing yang sudah mati kedalam sungai tersebut maka dalam sekejap mata kambing tersebut sudah tidak kelihatan lagi karena sudah dilahap oleh buaya-buaya yang ganas  di sungai Apung tersebut. Tidak lama kemudian dipukullah gong sebagai petanda sayembara sudah dimulai. Anehnya setelah dipukulnya gong tidak ada satupun peserta yang mau menyeburkan dirinya ke sungai untuk menyeberang sungai. Satu jam berlalu tidak ada juga. Tiga jam, empat jam berlalu masih tidak ada juga dan kelihatannya tidak ada tanda-tanda peserta yang mau menyeberangi sungai Apung ini. Tapi diluar dugaan dan tidak disangka tiba-tiba ada seorang pemuda yang bernama Udin menyeburkan dirinya ke sungai ini. Dengan gesit dan kecepatan yang luar biasa akhirnya Udin bisa terhindar dari cengkraman buaya-buaya yang ganas dan kemudian Udin akhirnya bisa sampai keseberang sungai dengan selamat. Semua peserta dan masyarakat yang menyaksikan sayembara ini merasa takjub atas keberhasilan Udin ini. Ketika Udin sudah sampai seberang sungai bukan kegembiraan yang terlihat diwajahnya akan tetapi ia malah marah-marah  dan mencari-cari siapa orang yang tadi mendorong dirinya dari pinggir sungai sehingga dirinya tercebur ke sungai yang hampir saja membuat dirinya menjadi korban keganasan buaya-buaya. Lima menit kemudian ia baru sadar bahwasanya dirinya sudah menjadi pemenang dalam sayembara ini dan akhirnya Udin malahan mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah mendorong dirinya tercebur ke sungai yang membuat dirinya terpaksa berjuang habis-habisan untuk melewati sungai Apung ini.

Bacalah! Walaupun kita terpaksa insyaallah itu awal yang manis buat kita.  


Depok, 28 january 2013

No comments:

Post a Comment