Ahlus Sunnah Wal Jamaah
A. Pendahuluan
Segala puji hanya bagi Allah rabb semesta alam. Shlawat dan salam
mudah-mudahan senantiasa Allah SWT karuniakan atas penutup dan nabi paling
mulia, Muhammad SAW, juga kepada para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ it
tabi’in serta orang yang selalu mengikuti jejak langkah beliau hingga akhir
zaman.
Nabi SAW bersabda:” umat ini akan terpecah menjadi 72 golongan.
Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu al jamaah.” (HR Ahli Sunan
dan Masanid, seperti, Imam Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain)
Dalam riwayat lain disebutkan:”…yaitu orang yang mengikuti jalan
hidupku dan para sahabatku.”
Umat islam telah menerima hadits tersebut dengan benar, hadits tersebut
menurut pandangan salaf dan Imam ahli sunnah mengisyaratkan kita behwa Nabi SAW
telah memperingatkan umatnya agar membuka akalnya untuk merenungi sunnah Alllah
yang berlaku bagi setiap makhlukNya. Sunnah Allah ini telah ditimpakan kepada
umat terdahulu hingga mereka binasa, kecuali yang diselamatkan Allah SWT. Sabda
Nabi SAW bersabda:
“Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan: semuanya masuk neraka,
kecuali satu golongan. Kaum nashrani terpecah menjadi 72 golongan, semuanya
masuk neraka kecuali satu golongan. Dan umat islam terpecah menjadi 73 golongan
semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.”
Dalam riwayat lain
disebutkan:” Para sahabat bertanya,”wahai Rasulullah, kelompok manakah yang
selamat itu? Jawab Nabi, adalah mereka yang mengikuti jalan hidupku dan para
sahabatku.” dalam riwayat lain Nabi menjawab :” mereka adalah al-jamaah, tangan
Allah atas Al jamaah.” Menurut Ibnu Taimiyah, hadits tersebut shahih dan
masyhur di dalam kitab sunuan dan masanid, seperti: Sunan Abi Daud, Turmudzi,
Nasa’I dan lain-lain(majmu’ fatawa Syaikhul Islam 3:345)
Dalam kesempatan
kali ini insyaallah kami akan membahas tentang golongan yang diselamatkan oleh
Allah SWT yaitu ahli sunnah wal jamaah mulai dari pengertian hingga ciri-ciri
ahli sunnah wal jamaah itu sendiri.
B. Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah
Arti sunnah
Assunnah, menurut
bahasa arab, adaah ath-thariqah, yang berarti metode, kebiasaan, perjalanan
hidup, atu perilaku, baik yang terpuji atau yang tercela. Kata tersebut berasal
dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-thariq (berarti “jalan”). Menurut Ibnu
Atsir, “kata sunnah dengan segala variasinya disebutkan berulang-ulang dalam
hadits, yang arti asalnya adalah ‘perjalanan hidup’ dan ‘perilaku’. (an-nihayah
2:409).
Adapun pengertian sunnah dalam istilah syara’, menurut para Ahli
Hadits adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang berupa
perkataan, perbuatan, ketetapan,karakter, akhlak, ataupun perilaku, baik
sebelum atau sesudah diangkat menjadi Nabi.
Menurut ahli ushul, “Sunnah ialah Sesutu yang dinukil dari Nabi SAW
secar khusus. Ia tidak ada nashnya dalam Al-Quran, tetap dinyatakan oleh Nabi
SAW dan sekaligus penjelasan awal dari isi Al-Quran.” (As-Syatibi, Al-Muwafaqat
4:4)
Arti Al-Jamaah
Menurut bahasa jama’ah berasal dari al-ijtima’ (“berkumpul” atau
“bersatu”) yang lawan katanya al-firqah (“berpecah belah”). Ibnu Taimiyah
menjelaskan,”al-jamaah berarti persatuan, sedangkan lawan katanya adalah
perpecahan. Dan lafazh al-jamaah telah menjadi nama bagi kaum yang bersatu.”
(majmu’ fatawa 3:157)
Namun jika nama jama’ah dirangkaikan
dengan as sunnah menjadi ahlus sunnah wal jamaah maka yang dimaksud ialah
pendahulu umat ini. Mereka para sahabat dan tabi’in yang bersatu mengikuti
kebenaran yang jelas dari kitabullah dan as sunnah. Ahlus sunnah wal jamaah
bisa juga disebut dengan golongan yang mendapatkan pertolongan Allah SWT.
Pertolongan ini dikarenakan mereka sela,u melaksanakan fiqih yang shahih yang
mengacu pada salaf dan para Imam dan senantiasa menjalankan hal-hal yang dapat
mendatangkan kemenangan sehingga Allah SWT selayaknya memberikan pertolongan
kepada mereka. Mereka juga sama sekali tak memperdulikan orang-orang yang
menentang, meremehkan, atau merendahkan mereka. Dalam hal tersebut Ibnu
Taimiyah berkata,:Muawiyah dan Al-Mughirah serta lainnya berhujjah atas
keunggulan golongan penduduk Syam, berdasarkan hadits shahih Nabi SAW:
“Akan senantiasa ada segolonga dari umatku yang tegak menjalankan
perintah Allah. Mereka tak peduli terhadap orang yang menentang dan mengecewakan
mereka hingga datangnya hari kiamat.”
C. Asal-Usul Penamaan Ahli Sunnah Wal Jamaah
Menurut Ibnu Taimiyah, madzhab Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah mazdhab
yang sudah ada sejak dahulu. Ia dikenal sebelum Allah SWT menciptakan Abu
Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad. Ahli sunnah ialah mazdhab sahabat yang
telah menerimanya dari mereka. Barang siapa yang menentang itu, menurut
pandangan ahli sunnah, berarti ia pembuat bid’ah. Mereka telah sepakat
bahwa ijma’ para sahabat dalah hujjah,
tetapi mereka berbeda pendapat mengenai kedudukan ijma’ orang-orang sesudah
sahabat. (Minhaj as sunnah 2:482), Tahqiq Muhammad Rasyid Salim)
Menagapa mazdhab ahli sunnah dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hambal
? mengenai masalah ini, Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Meskipun Imam Ahmad telah
masyhur sebagai Imam sunnah dan sabar setiap menghadapi cobaan, namun hal itu
bukan berarti beliau sendiri yang mempunyai pendapat. Beliau hanya mengajrkan
dan menyerukan orang-orang agar kembali kepada sunnah (yang memang sebelumnya
sudah ada dan terkenal). Beliau sangat tabah menghadapi ujian yang ditimpakan
orang yang menyuruh beliau agar meninggalkan sunnah kepada beliau, sedangkan
Imam-Imam terdahulu telah meninggal sebelum datangnya cobaan ini.
Cobaan itu muncul pada permulaan abad ketiga masa pemerintahan
Al-Ma’mun dan (saudaranya) Al-Mu’tashim, kemudian Al-Watsiq pada saat kaum
jahmiyah menafikan sifat-sifat Allah dan menyerukan manusia agar mengikuti
faham mereka. Madzhab ini dianut oleh tokoh-tokoh Rafidhah (periode terakhir)
yang mendapat dukungan pihak penguasa.
Terhadp penyimpangan tersebut, madzhab ahki sunnah tentu saja menolak.
Oleh karena itu, mereka sering mendapat ancaman ataupun siksaan. Adapula yang
dibunuh, ditakut-takuti, ataupun dibujuk rayu. Namun dalam menghadapi kondisi
seperti ini, Imam Ahmad tetap tabah dan
tegar sehingga mereka memenjarakan beliau beberapa waktu lamanya. Kemudian
mereka mereka menantang beliau untuk berdebat. Dan terjadilah perdebatan yang
amat panjang.
Dalam perdebatan tersebut, demikian menurut Imam Ahmad, dibahas
mengenai masalah sifat-sifat Allah dan yang berkaitan dengannya, mengenai
nash-nash, dalil-dalil, antara pihak yang membenarkan dan yang menolak. Dengan
adanya perbedaan pandang itu akhirnya umat terpecah belah menjadi menjadi
berkelompok-kelompok.
Dari nash yang kokoh ini jelas bahwa ahli sunnah waljamaah merupakan
kelanjutan dari jalan hidup Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Kalaupun
bangkit seorang Imam pada zaman bid’ah dan keterasingan ahli sunnah yang
menyeru manusia kepada aqidah yang benar dan memerangi pendapat yang
menentangnya, maka ia tidaklah membawa sesuatu yang baru. Ia hanyalah
memperbaharui madzhab ahli sunnah yang sudah usang dan menghidupkan ajaran yang
sudah terkubur. Sebab, aqidah dan sistemnya(manhaj) bagaimanapun tidak pernah
berubah.
Adapun mengenai awal penamaan ahli sunnah waljamaah atau ahli hadits
ialah ketika terjadinya perpecahan, munculnya berbagai golongan, serta
banyaknya bid’ah dan penyimpangan. Pada saat itulah ahli sunnah menampakan
identitasnya yang berbeda dengan yang lain, baik dalam aqidah maupun manhaj
mereka. Namun hakikatnya, mereka itu hanya merupakan proses kelanjutan dari apa
yang dijalankan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
D. Sistem Penerimaan Ilmu Ahli Sunnah wal Jamaah
Adapun sistem penerimaan ahli sunnah wal jamaah adalah
1. Semua ilmu yang selaras dengan kitabullah dan sunnah Rasul mereka
sepakati sebagai ketetapan yang benar, sedangkan yang bertentangan dengan
keduanya mereka tolak. Ciri pertama yang membedakan ahli sunnah dengan golongan
yang lainnya adalah menyangkut sistem penerimaan ilmu dan simber-sumber pengambilannya
yang haq, baik dalam hal aqidah, konsepsi , ibadah, mua’amalah, ibadah,
perilaku, maupun akhlak.
2. Ahli Sunnah wal jamaah berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang
ma’shum kecuali Rasulullah SAW. Para Imam, menurut pandangan ahli sunnah wal
jamaah, tidaklah terpilahara dari dosa, sehingga ucapan mereka boleh diambil
dan ditinggalkan. Oleh karena itu, semstinya para Imam mereka menyesuaikan
perkataan mereka dengan sunnah Nabi.
3. Mereka berpendapat bahwa ijma’ salaf ash shaleh merupakan hujjah
syar’iyah yang yang sepatutnya diikuti oleh generasi sesudah mereka ijma’
merupakan sumber ketiga yang mereka jadikan sandaran ilmu dan ad din. Ijma’
merupakan sumber hukum ketiga yang mereka jadikan sandaran ilmu dan ad din. Dan
ijma’ yang berlaku adalah ijma’ yang disepakati oleh salaf ash shaleh, karena
generasi setelah mereka telah banyak terjadi perselisihan pendapat dan
perpecahan umat.
4. Mereka tidak menetapkan suatu pernyataan dan tidak pula menerima hasil
ijtihad kecuali setelah mengupasnya berdasrkan kitabullah, sunnah, serta ijma’.
5. Mereka pantang menentang Al-Quran da as sunnah dengan akal, ra’yu,
ataupun qiyas.
6. Ahli sunnah wal jamaah berpendapat bahwa al-jamaah merupakan penentu
keselamatan (seseorang) di dunia dan di akhirat. Nabi SAW memberitakan dalam sabdanya
bahwa umatnya akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan yang
semuanya masuk neraka kecuali satu golongan yaitu al jamaah. Dalam riwayat lain
Nabi SAW menjelaskan,”mereka al jamaah adalah orang-orang yang mengikuti jalan
yang ku tempuh hari ini dan jalan para sahabatku.” HR Abu Daud, hadits ini
shahih menurut Nashiruddin Al-Bani, lihat syarah at thahawiyah, dan HR
Turmudzi.
7. Ahli sunnah Wal jamaah tidak mewajibkan orang yang tidak mampu untuk
mengetahui ilmu sebagaimana kewajiban terhadap orang yang memiliki kemampuan.
E. Karakteristik Ahli Sunnah Wal Jamaah
Diantara
karakteristik ahli sunnah wal jamaah adalah:
1. Menepuh jalan Rasulullah dan menelusuri jejaknya secara lahir dan
batin. Beda halanya dengan kaum munafiqin yang hanya secara lahiriah saja
mengikutinya, sementara batinnya tidak.
2. Menelusuri jalan para as-sabiqunal awwalun dari para sahabat Nabi
Muhammad SAW dan kaum Anshar, karena Allah telah memberikan keunggulan kepada
mereka berupa ilmu dan pemahaman (yang mendalam terhadap masalah agama).
3. Diantara karakteristik ahlus sunnah wal jamaah ialah berpegang kepada
wasiat(pesan) Rasulullah SAW dimana beliau bersabda:
“hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku
dan sunnah para khulafa’ur rasyidin sepeninggalku, berpegang teguh kepadanya
dan gigitlah dengan gigi graham kalian sekuat-kuatnya, dan awas, hindarilah
perkara-perkara baru (yang diadakan), karena setiap bida’ah (hal baru) itu
adalah sesat.”
4. Termasuk karakteristik mereka juga adalah menjunjung tinggi kitabullah
dan sunnah RasulNya, mereka selalu mendahulukan keduanya didalam penggunaan
dalil(istidlal) dan berpanutan kepada keduanya daripada pendapat orang dan
perbuatannya, karena mereka mengetahui bahwa sebenar-benar perkataan adalah
perkataan (firman) Allah, senagaimana Allah tegaskan,
“Dan siapakah yang lebih benar perkataannya
daripada Allah?” (An Nisa:87)
“Siapakah yang lebih benar ucapannya daripada
Allah?” (An Nisa’ : 122)
F. Ciri-Ciri Khusus Akhlak dan Perilaku Ahli Sunnah Wal Jamaah
Adapun ciri-ciri khusus akhlak ahlis sunnah
wal jamaah adalah sebagai berikut:
1. Ahli sunnah adalah sebaik-baik manusia. Hal ini sebagaiman yang
difirmankan Allah SWT:
“ kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia.” (Ali Imran : 110)
Abu Hurairah berkata:”kalian adalah sebaik-baik manusia
bagi manusia.” Artinaya mereka datang di tengah-tengah manusia untuk menyeru
mereka masuk ke dalam surge. Mereka berjihad dengan mengorbankan jiwa dan harta
demi kepentingan dan kemaslahatan manusia, sementara manusia tidak menyukai hal
itu karena kebodohan mereka.
2. Ahli sunnah mengikuti Al Quran dan sunnah dalam seluruh hubungan
mereka.
3. Ahli sunnah adalah golongan penyeru kebaikan dan pencegah kemungkaran,
disamping selalu memelihara keutuhan jamaah. Allah SWT berfirman dalam Al Quran:
“ kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyeru kepda kebaikan dan mencegah kemungkaran.” (Ali Imran :
110)
4. Ahli sunnah selalu memelihara (keutuhan) jamaah dan iltizam melakukan
ketaatan dalm kebaikan. Ahli sunnah menjalankan fungsi ketaatan dan memelihara
jamaah berdasarkan ketentuaan syariat dan pengalamannya.
5. Ahli sunnah memikul amanat ilmu dan memelihara jamaah. Dengan demikian
mereka memikul amanat ganda yang salah satunya tidak kurang beratnya
dibandingkan yang lain. Pertama adalah amanat ilmu berdasarkan iltizam, dakwah,
dan jihad sedangkan yang kedua adalah memelihara (keutuhan) jamaah islam dalam
pengertian yang luas.
6. Loyalitas ahli sunnah hanya untuk kebenaran.
7. Ahli sunnah saling memberikan wala’ kepada sesame mereka dengan
loyalitas secara umum, dan saling memaafkan.
8. Ahli sunnah menentukan dukungan dan permusuhan berdasarkan prinsip
ad-din dan mereka tidak menguji manusia dengan sesuatu yang bukan dari Allah.
9. Ahli sunnah beramal berdasarkan kestuan hati dan kesamaan kalimat.
Allah SWT berfirman: “sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
hubungan diantara sesame mu” (Al anfal:1)
Contoh nash seperti itu memerinyahkan pentingnya
berjamaah dan kerukunan, serta melarang adanya perselisihann dan perpecahan.
10. Ahli sunnah meninjau permasalahan
ilmiah dan amaliah dengan memperhatikan kerukunan dan kesatuan. Para
ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan pengikut setelah mereka, ketika
mengalami perselisihan pendapat dalam suatu masalah mereka mengikuti perintah
Allah, sebagaiman firman-Nya:”kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al Quran) dan Rasul(sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebuh utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(An-nisa’:59).
G. Penutup
Dalam menghadapi zaman modern seperti sekarang ini
diperlukan pemahaman yang yang benar terhadap islam terutama tentang
manhaj-manhaj yang dipegang oleh ahli sunnah wal jamaah. Pemahaman dan
pengaplikasian manhaj ahli sunnah ini akan menjadikan seseorang terhindar dari
paham-paham sesat dan bid’ah-bid’ah yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus
kejurang api neraka. Yang diharapkan setelah membaca makalah ini setidaknya
kita mengetahui tentang bagaiman cara memahami islam yang sebenarnay dan cara
pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari serta dapat membedakan
golongan-golongan yang menyimpang dari akidah ahli sunnah wal jamaah. Allahu
‘alam bish shawab.
H. Daftar Pustaka
Al Mishri, Muhammad Abdul Hadi. Manhaj dan aqidah ahlussunnah wal
jamaah: menurut pemahaman ulama salaf/ Muhammad Abdul Hadi Al Mishri;
penerjemah, Abu Fahmi, Ibnu Marjan, As’ad Yasin;Jakarta:Gema Insani Press,1994.
Al Fauzan,Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan.1994.At Tauhid Lish
Shaffits Tsalist Al-‘Ali.Jakarta:Gema Insani Press.
No comments:
Post a Comment