Monday 18 June 2012

Ahlus Sunnah Wal Jamaah


Ahlus Sunnah Wal Jamaah


A.    Pendahuluan


Segala puji hanya bagi Allah rabb semesta alam. Shlawat dan salam mudah-mudahan senantiasa Allah SWT karuniakan atas penutup dan nabi paling mulia, Muhammad SAW, juga kepada para keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’ it tabi’in serta orang yang selalu mengikuti jejak langkah beliau hingga akhir zaman.

Nabi SAW bersabda:” umat ini akan terpecah menjadi 72 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu al jamaah.” (HR Ahli Sunan dan Masanid, seperti, Imam Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain)
Dalam riwayat lain disebutkan:”…yaitu orang yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku.”
Umat islam telah menerima hadits tersebut dengan benar, hadits tersebut menurut pandangan salaf dan Imam ahli sunnah mengisyaratkan kita behwa Nabi SAW telah memperingatkan umatnya agar membuka akalnya untuk merenungi sunnah Alllah yang berlaku bagi setiap makhlukNya. Sunnah Allah ini telah ditimpakan kepada umat terdahulu hingga mereka binasa, kecuali yang diselamatkan Allah SWT. Sabda Nabi SAW bersabda:
“Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan: semuanya masuk neraka, kecuali satu golongan. Kaum nashrani terpecah menjadi 72 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu golongan. Dan umat islam terpecah menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.”
Dalam riwayat lain disebutkan:” Para sahabat bertanya,”wahai Rasulullah, kelompok manakah yang selamat itu? Jawab Nabi, adalah mereka yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku.” dalam riwayat lain Nabi menjawab :” mereka adalah al-jamaah, tangan Allah atas Al jamaah.” Menurut Ibnu Taimiyah, hadits tersebut shahih dan masyhur di dalam kitab sunuan dan masanid, seperti: Sunan Abi Daud, Turmudzi, Nasa’I dan lain-lain(majmu’ fatawa Syaikhul Islam 3:345)
Dalam kesempatan kali ini insyaallah kami akan membahas tentang golongan yang diselamatkan oleh Allah SWT yaitu ahli sunnah wal jamaah mulai dari pengertian hingga ciri-ciri ahli sunnah wal jamaah itu sendiri.


B.    Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah

Arti sunnah
Assunnah, menurut bahasa arab, adaah ath-thariqah, yang berarti metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atu perilaku, baik yang terpuji atau yang tercela. Kata tersebut berasal dari kata as-sunan yang bersinonim dengan ath-thariq (berarti “jalan”). Menurut Ibnu Atsir, “kata sunnah dengan segala variasinya disebutkan berulang-ulang dalam hadits, yang arti asalnya adalah ‘perjalanan hidup’ dan ‘perilaku’. (an-nihayah 2:409).
Adapun pengertian sunnah dalam istilah syara’, menurut para Ahli Hadits adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang berupa perkataan, perbuatan, ketetapan,karakter, akhlak, ataupun perilaku, baik sebelum atau sesudah diangkat menjadi Nabi.
Menurut ahli ushul, “Sunnah ialah Sesutu yang dinukil dari Nabi SAW secar khusus. Ia tidak ada nashnya dalam Al-Quran, tetap dinyatakan oleh Nabi SAW dan sekaligus penjelasan awal dari isi Al-Quran.” (As-Syatibi, Al-Muwafaqat 4:4)
Arti Al-Jamaah
Menurut bahasa jama’ah berasal dari al-ijtima’ (“berkumpul” atau “bersatu”) yang lawan katanya al-firqah (“berpecah belah”). Ibnu Taimiyah menjelaskan,”al-jamaah berarti persatuan, sedangkan lawan katanya adalah perpecahan. Dan lafazh al-jamaah telah menjadi nama bagi kaum yang bersatu.” (majmu’ fatawa 3:157)
Namun jika nama jama’ah dirangkaikan dengan as sunnah menjadi ahlus sunnah wal jamaah maka yang dimaksud ialah pendahulu umat ini. Mereka para sahabat dan tabi’in yang bersatu mengikuti kebenaran yang jelas dari kitabullah dan as sunnah. Ahlus sunnah wal jamaah bisa juga disebut dengan golongan yang mendapatkan pertolongan Allah SWT. Pertolongan ini dikarenakan mereka sela,u melaksanakan fiqih yang shahih yang mengacu pada salaf dan para Imam dan senantiasa menjalankan hal-hal yang dapat mendatangkan kemenangan sehingga Allah SWT selayaknya memberikan pertolongan kepada mereka. Mereka juga sama sekali tak memperdulikan orang-orang yang menentang, meremehkan, atau merendahkan mereka. Dalam hal tersebut Ibnu Taimiyah berkata,:Muawiyah dan Al-Mughirah serta lainnya berhujjah atas keunggulan golongan penduduk Syam, berdasarkan hadits shahih Nabi SAW:
“Akan senantiasa ada segolonga dari umatku yang tegak menjalankan perintah Allah. Mereka tak peduli terhadap orang yang menentang dan mengecewakan mereka hingga datangnya hari kiamat.”

C.     Asal-Usul Penamaan Ahli Sunnah Wal Jamaah

Menurut Ibnu Taimiyah, madzhab Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah mazdhab yang sudah ada sejak dahulu. Ia dikenal sebelum Allah SWT menciptakan Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad. Ahli sunnah ialah mazdhab sahabat yang telah menerimanya dari mereka. Barang siapa yang menentang itu, menurut pandangan ahli sunnah, berarti ia pembuat bid’ah. Mereka telah sepakat bahwa  ijma’ para sahabat dalah hujjah, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai kedudukan ijma’ orang-orang sesudah sahabat. (Minhaj as sunnah 2:482), Tahqiq Muhammad Rasyid Salim)
Menagapa mazdhab ahli sunnah dinisbatkan kepada Imam Ahmad bin Hambal ? mengenai masalah ini, Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Meskipun Imam Ahmad telah masyhur sebagai Imam sunnah dan sabar setiap menghadapi cobaan, namun hal itu bukan berarti beliau sendiri yang mempunyai pendapat. Beliau hanya mengajrkan dan menyerukan orang-orang agar kembali kepada sunnah (yang memang sebelumnya sudah ada dan terkenal). Beliau sangat tabah menghadapi ujian yang ditimpakan orang yang menyuruh beliau agar meninggalkan sunnah kepada beliau, sedangkan Imam-Imam terdahulu telah meninggal sebelum datangnya cobaan ini.
Cobaan itu muncul pada permulaan abad ketiga masa pemerintahan Al-Ma’mun dan (saudaranya) Al-Mu’tashim, kemudian Al-Watsiq pada saat kaum jahmiyah menafikan sifat-sifat Allah dan menyerukan manusia agar mengikuti faham mereka. Madzhab ini dianut oleh tokoh-tokoh Rafidhah (periode terakhir) yang mendapat dukungan pihak penguasa.
Terhadp penyimpangan tersebut, madzhab ahki sunnah tentu saja menolak. Oleh karena itu, mereka sering mendapat ancaman ataupun siksaan. Adapula yang dibunuh, ditakut-takuti, ataupun dibujuk rayu. Namun dalam menghadapi kondisi seperti  ini, Imam Ahmad tetap tabah dan tegar sehingga mereka memenjarakan beliau beberapa waktu lamanya. Kemudian mereka mereka menantang beliau untuk berdebat. Dan terjadilah perdebatan yang amat panjang.
Dalam perdebatan tersebut, demikian menurut Imam Ahmad, dibahas mengenai masalah sifat-sifat Allah dan yang berkaitan dengannya, mengenai nash-nash, dalil-dalil, antara pihak yang membenarkan dan yang menolak. Dengan adanya perbedaan pandang itu akhirnya umat terpecah belah menjadi menjadi berkelompok-kelompok.
Dari nash yang kokoh ini jelas bahwa ahli sunnah waljamaah merupakan kelanjutan dari jalan hidup Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Kalaupun bangkit seorang Imam pada zaman bid’ah dan keterasingan ahli sunnah yang menyeru manusia kepada aqidah yang benar dan memerangi pendapat yang menentangnya, maka ia tidaklah membawa sesuatu yang baru. Ia hanyalah memperbaharui madzhab ahli sunnah yang sudah usang dan menghidupkan ajaran yang sudah terkubur. Sebab, aqidah dan sistemnya(manhaj) bagaimanapun tidak pernah berubah.
Adapun mengenai awal penamaan ahli sunnah waljamaah atau ahli hadits ialah ketika terjadinya perpecahan, munculnya berbagai golongan, serta banyaknya bid’ah dan penyimpangan. Pada saat itulah ahli sunnah menampakan identitasnya yang berbeda dengan yang lain, baik dalam aqidah maupun manhaj mereka. Namun hakikatnya, mereka itu hanya merupakan proses kelanjutan dari apa yang dijalankan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

D.    Sistem Penerimaan Ilmu Ahli Sunnah wal Jamaah

Adapun sistem penerimaan ahli sunnah wal jamaah adalah
1.      Semua ilmu yang selaras dengan kitabullah dan sunnah Rasul mereka sepakati sebagai ketetapan yang benar, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya mereka tolak. Ciri pertama yang membedakan ahli sunnah dengan golongan yang lainnya adalah menyangkut sistem penerimaan ilmu dan simber-sumber pengambilannya yang haq, baik dalam hal aqidah, konsepsi , ibadah, mua’amalah, ibadah, perilaku, maupun akhlak.
2.      Ahli Sunnah wal jamaah berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang ma’shum kecuali Rasulullah SAW. Para Imam, menurut pandangan ahli sunnah wal jamaah, tidaklah terpilahara dari dosa, sehingga ucapan mereka boleh diambil dan ditinggalkan. Oleh karena itu, semstinya para Imam mereka menyesuaikan perkataan mereka dengan sunnah Nabi.
3.      Mereka berpendapat bahwa ijma’ salaf ash shaleh merupakan hujjah syar’iyah yang yang sepatutnya diikuti oleh generasi sesudah mereka ijma’ merupakan sumber ketiga yang mereka jadikan sandaran ilmu dan ad din. Ijma’ merupakan sumber hukum ketiga yang mereka jadikan sandaran ilmu dan ad din. Dan ijma’ yang berlaku adalah ijma’ yang disepakati oleh salaf ash shaleh, karena generasi setelah mereka telah banyak terjadi perselisihan pendapat dan perpecahan umat.
4.      Mereka tidak menetapkan suatu pernyataan dan tidak pula menerima hasil ijtihad kecuali setelah mengupasnya berdasrkan kitabullah, sunnah, serta ijma’.
5.      Mereka pantang menentang Al-Quran da as sunnah dengan akal, ra’yu, ataupun qiyas.
6.      Ahli sunnah wal jamaah berpendapat bahwa al-jamaah merupakan penentu keselamatan (seseorang) di dunia dan di akhirat. Nabi SAW memberitakan dalam sabdanya bahwa umatnya akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan yang semuanya masuk neraka kecuali satu golongan yaitu al jamaah. Dalam riwayat lain Nabi SAW menjelaskan,”mereka al jamaah adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang ku tempuh hari ini dan jalan para sahabatku.” HR Abu Daud, hadits ini shahih menurut Nashiruddin Al-Bani, lihat syarah at thahawiyah, dan HR Turmudzi.
7.      Ahli sunnah Wal jamaah tidak mewajibkan orang yang tidak mampu untuk mengetahui ilmu sebagaimana kewajiban terhadap orang yang memiliki kemampuan.

E.     Karakteristik Ahli Sunnah Wal Jamaah

            Diantara karakteristik ahli sunnah wal jamaah adalah:
1.      Menepuh jalan Rasulullah dan menelusuri jejaknya secara lahir dan batin. Beda halanya dengan kaum munafiqin yang hanya secara lahiriah saja mengikutinya, sementara batinnya tidak.
2.      Menelusuri jalan para as-sabiqunal awwalun dari para sahabat Nabi Muhammad SAW dan kaum Anshar, karena Allah telah memberikan keunggulan kepada mereka berupa ilmu dan pemahaman (yang mendalam terhadap masalah agama).
3.      Diantara karakteristik ahlus sunnah wal jamaah ialah berpegang kepada wasiat(pesan) Rasulullah SAW dimana beliau bersabda:
“hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para khulafa’ur rasyidin sepeninggalku, berpegang teguh kepadanya dan gigitlah dengan gigi graham kalian sekuat-kuatnya, dan awas, hindarilah perkara-perkara baru (yang diadakan), karena setiap bida’ah (hal baru) itu adalah sesat.”
4.      Termasuk karakteristik mereka juga adalah menjunjung tinggi kitabullah dan sunnah RasulNya, mereka selalu mendahulukan keduanya didalam penggunaan dalil(istidlal) dan berpanutan kepada keduanya daripada pendapat orang dan perbuatannya, karena mereka mengetahui bahwa sebenar-benar perkataan adalah perkataan (firman) Allah, senagaimana Allah tegaskan,
“Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (An Nisa:87)
“Siapakah yang lebih benar ucapannya daripada Allah?” (An Nisa’ : 122)

F.     Ciri-Ciri Khusus Akhlak dan Perilaku Ahli Sunnah Wal Jamaah

Adapun ciri-ciri khusus akhlak ahlis sunnah wal jamaah adalah sebagai berikut:
1.      Ahli sunnah adalah sebaik-baik manusia. Hal ini sebagaiman yang difirmankan Allah SWT:
“ kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran : 110)
Abu Hurairah berkata:”kalian adalah sebaik-baik manusia bagi manusia.” Artinaya mereka datang di tengah-tengah manusia untuk menyeru mereka masuk ke dalam surge. Mereka berjihad dengan mengorbankan jiwa dan harta demi kepentingan dan kemaslahatan manusia, sementara manusia tidak menyukai hal itu karena kebodohan mereka.
2.      Ahli sunnah mengikuti Al Quran dan sunnah dalam seluruh hubungan mereka.
3.      Ahli sunnah adalah golongan penyeru kebaikan dan pencegah kemungkaran, disamping selalu memelihara keutuhan jamaah. Allah SWT berfirman dalam          Al Quran:
“ kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepda kebaikan dan mencegah kemungkaran.” (Ali Imran : 110)
4.      Ahli sunnah selalu memelihara (keutuhan) jamaah dan iltizam melakukan ketaatan dalm kebaikan. Ahli sunnah menjalankan fungsi ketaatan dan memelihara jamaah berdasarkan ketentuaan syariat dan pengalamannya.
5.      Ahli sunnah memikul amanat ilmu dan memelihara jamaah. Dengan demikian mereka memikul amanat ganda yang salah satunya tidak kurang beratnya dibandingkan yang lain. Pertama adalah amanat ilmu berdasarkan iltizam, dakwah, dan jihad sedangkan yang kedua adalah memelihara (keutuhan) jamaah islam dalam pengertian yang luas.
6.      Loyalitas ahli sunnah hanya untuk kebenaran.
7.      Ahli sunnah saling memberikan wala’ kepada sesame mereka dengan loyalitas secara umum, dan saling memaafkan.
8.      Ahli sunnah menentukan dukungan dan permusuhan berdasarkan prinsip ad-din dan mereka tidak menguji manusia dengan sesuatu yang bukan dari Allah.
9.      Ahli sunnah beramal berdasarkan kestuan hati dan kesamaan kalimat. Allah SWT berfirman: “sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesame mu” (Al anfal:1)
Contoh nash seperti itu memerinyahkan pentingnya berjamaah dan kerukunan, serta melarang adanya perselisihann dan perpecahan.
10.  Ahli sunnah meninjau permasalahan  ilmiah dan amaliah dengan memperhatikan kerukunan dan kesatuan. Para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan pengikut setelah mereka, ketika mengalami perselisihan pendapat dalam suatu masalah mereka mengikuti perintah Allah, sebagaiman firman-Nya:”kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah(Al Quran) dan Rasul(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebuh utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(An-nisa’:59).

 

G.    Penutup

Dalam menghadapi zaman modern seperti sekarang ini diperlukan pemahaman yang yang benar terhadap islam terutama tentang manhaj-manhaj yang dipegang oleh ahli sunnah wal jamaah. Pemahaman dan pengaplikasian manhaj ahli sunnah ini akan menjadikan seseorang terhindar dari paham-paham sesat dan bid’ah-bid’ah yang dapat menyebabkan seseorang terjerumus kejurang api neraka. Yang diharapkan setelah membaca makalah ini setidaknya kita mengetahui tentang bagaiman cara memahami islam yang sebenarnay dan cara pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari serta dapat membedakan golongan-golongan yang menyimpang dari akidah ahli sunnah wal jamaah. Allahu ‘alam bish shawab.

H.    Daftar Pustaka

Al Mishri, Muhammad Abdul Hadi. Manhaj dan aqidah ahlussunnah wal jamaah: menurut pemahaman ulama salaf/ Muhammad Abdul Hadi Al Mishri; penerjemah, Abu Fahmi, Ibnu Marjan, As’ad Yasin;Jakarta:Gema Insani Press,1994.
Al Fauzan,Shalih bin Fauzan bin Abdullah al Fauzan.1994.At Tauhid Lish Shaffits Tsalist Al-‘Ali.Jakarta:Gema Insani Press.

No comments:

Post a Comment