Tuesday 14 January 2014

GAK USAH DIBACA....



Wajah gembira tapi agak sedikit lesu, maklum dua hari ini otak ane abis diacak-acak sama UAS Perpajakan dua dan Akuntansi Manajemen plus UAS yang masih tersisa masih beberapa hari lagi . Sepertinya begitulah nasib kalau jadi mahasiswa (Kok jadi curhat..hehe). 
 
Sebenarnya bukan derita UAS ini yang pengen ane ceritain. Salah satu dari beribu kebiasan buruk ane ialah ngacak-ngacak kontrakan teman ane (agAk alay dikit gPp KaN). Santai jangan su’uzhon dulu, sore tadi tepatnya abis sholat ashar ane liat-liat buku-buku yang ada di rak buku teman ane di kontrakannya. 

Singkat cerita, ada satu buku yang membuat mata ane tergoda untuk membacanya yaitu buku yang berjudul 365 SOAL JAWAB SIRAH NABAWIYAH karangan Hepi Andi Bustoni. Dan termasuk kebiasaan ane juga kalau baca buku itu gak selalu mulai dari halaman pertama (intinya sih ngacak-ngacak aja bacanya). Nah, saat itu ane baca dari halaman terakhir tepatnya halaman 478 dan soal nomor 365 terakhir dari buku ini.

Adapun soalnya, “Kalangan syi’ah sering berdalih, perbedaan antara sunni dan syi’ah adalah ranah khilafiyah, karenanya tidak perlu dipermasalahkan. Benarkah Demikian?. Jawaban: tidak benar. Kalangan syi’ah memiliki keyakinan amat berbeda dengan syariat islam yang sebenarnya. Antara lain: 1. Syiah hanya memiliki rukun Iman, tanpa menyebut keimanan kepada para malaikat, Rasul, Qadha’ dan Qadar. Yaitu, 1. Tauhid (keesaan Allah) 2. Al ‘adl (keadilan Allah) 3. Nubuwwah (kenabian) 4. Imamah (kepemimpinan Imam) 5. Ma’ad atau hari kebangkitan dan pembalasan”.  Rukun iman syiah ini dikutip oleh Pak Hepi Andi dari buku Al Aqaiul Imamiyah karangan Muhammad Ridha Mudzaffar.

Setelah membaca jawaban dari soal tadi, awalnya sih ane biasa-biasa aja cuman rasanya ane pernah baca dan pelajari itu jawaban. Dan akhirnya saya ingat, ternyata 5 rukun imannya syiah tadi itu pernah ane pelajari pada mata kuliah Fundamental Ekonomi Islam waktu semester 4 dan pernah juga ane baca dibuku Ekonomi Mikro Islami karangan Adiwarman A. Karim tentang nilai-nilai dasar untuk membangun teori-teori ekonomi islami dan bisa dilihat di halaman 34.

Kalau kayak gini Ane jadi bingung  mau nulis apa lagi. Masa’ nilai-nilai dasar untuk membangun teori-teori ekonomi islami ngambil dari rukun imannya syi’ah, kenapa gak ngambil rukun imannya islam yang 6 itu aja?. Atau hanya sebuah kebetulan ya?. Jadi gimana nih?. Ya udah ane pending dulu deh jawabannya, ane udah ngantuk juga, udah malem, mau bobo (intinya kita kaji aja lagi sama ya?)

Sentul City, 4 Januari 2014 

No comments:

Post a Comment