Membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan. Maju dan mundurnya suatu
Negara dapat kita lihat dari tingkat minat baca masyarakat suatu Negara. Di
Negara-negara maju seperti Amerika, Eropa, Jepang, dan negara maju lainnya,
membaca meruapakan suatu kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Di jepang misalnya membaca bukanlah suatu yang aneh lagi. Kita akan
dapat dengan mudah menemukan orang membaca di setiap sudut tempat, seperti di
bis, kereta, pesawat, airport, halte atau
tempat umum lainnya. Dan sangat berbeda sekali kalau dibandingkan dengan
di Indonesia, kita akan sulit menemukan orang yang membaca di tempat-tempat
umum.
Indonesia tergolong Negara yang tingkat minat membacanya masih
rendah. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2005 angka buta huruf di Indonesia
berada di posisi ke 85 dari 175 negara.
Dan berdasarkan laporan dari BPS tahun 2012 menunjukkan masyarakat Indonesia
lebih menonton Televisi (91,68%) dari pada membaca membaca koran atau majalah
(17,66%).
Pada tahun 2012, UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia
baru mencapai 0,001. Artinya dalam setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang
yang punya minat membaca. Sedangkan UNDP merilis angka melek huruf orang dewasa
Indonesia hanya 65,5 persen, sementara Malaysia sudah mencapai 86,4 persen.
Wajar apabila Negara kita Indonesia kemajuan dan perkembangannya sangat lamban,
karena tingkat minat baca masyarakatnya masih rendah.
Dalam islam membaca bukanlah suatu hal yang aneh. Bahkan jauh hari sekitar
14 abad yang lalu sebelum Jepang, Amerika, Jerman dan Negara-negara di Eropa
yang lainnya mengkampanyekan bidaya membaca, Islam sudah lebih dahulu mengkampanyekan
budaya membaca. Dan tak hanya sekedar kampanye, membaca juga merupakan perintah
pertama Allah SWT dalam Al-Quran surah Al Alaq; “Iqro’ !” bacalah.
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah!. dan Tuhanmu
Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq : 1-5)
Sebuah peristiwa fenomenal
yang dalam sejarah umat islam yaitu kemenangan perang Badar. Pada peristiwa
tersebut pasukan musuh banyak yang
ditawan oleh pasukan Rasulullah SAW, ketika itu Rasulullah SAW meminta pendapat
kepada dua orang sahabatnya Umar dan Abu Bakar tentang tawanan mereka. Umar bin
Khattab mengusulkan kepada Rasulullah agar para tawanan perang Badar untuk
dibunuh. Sedangkan Abu Bakar berpendapat agar para tahanan untuk dibebaskan
dengan syarat mereka mengajari baca dan
menulis sepuluh anak orang islam hingga mahir.
Ketika itu pendapat yang
Rasululllah SAW pilih adalah pendapat
Abu Bakar yaitu membebaskan tawanan dengan syarat mengajar baca dan tulis
sepuluh anak orang islam. Inilah bukti bahwa Rasulullah SAW lebih berpikir
kedepan. Beliau memilih pendapat Abu Bakar bukan tanpa alasan, beliau
menginginkan umatnya agar menjadi umat yang cerdas dan umat cinta ilmu
pengetahuan.
Khalifah Harun Al Rasyid dan khalifah Al-Makmun adalah dua orang
suksesor yang berhasil dalam membangun
peradaban Islam sampai kepuncak kejayaannya melalui ilmu pengetahuan. Terbukti pada
saat itu terdapat 100 toko buku di karkh, pinggiran kota Baghdad. Setiap Masjid
mempunyai perpustakaan. Pada masa itu juga berdiri perpustakaan yang bernama
Bayt Alhikmah “Rumah Pengetahuan” di kota Baghdad yang orang mana orang-orang
seluruh dunia datang berbondong-bondong datang kesana untuk menuntut ilmu.
Pada masa itu juga banyak
lahir ilmuwan-ilmuwan dunia yang terkenal seperti Anas bin Malik, Al-Kindi, Imam Abu Hanifah,
Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Siena, Al-Khawarizmi, Jabir bin Hayyan, Al-Biruni,
Ibnu Haystam dan lain-lain.
Tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi seperti mereka. So
tunggu apalagi “Iqra’!” bacalah!, Bacalah
! untuk hari-hari yang indah dan masa depan yang cerah. Jadilah pemain untuk
kejayaan dan kemajuan Umat Islam ini.
No comments:
Post a Comment