Thursday 20 March 2014

Al Qur’an, Pemuda, dan Perubahan

Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga, kalau ngaji nanti saja. Seperti itulah kira-kira jargonnya kebanyakan pemuda zaman sekarang, yang menggambarkan hedonisme telah merasuk dalam jiwa mereka.

Salah satu survey menyatakan bahwa 50% pemuda wanita  di Indonesia sudah kehilangan keperawanannya, bahkan sebuah penelitian yang sungguh sangat mengagetkan dari kota pelajar Yogyakarta bahwa 97,05% mahasiswi sudah hilang keperawanannya. Begitu juga dengan tawuran antar pelajar atau mahasiswa yang setiap tahunnya semakin meningkat dan selalu memakan banyak korban.

Fenomena ini merupakan potret betapa sudah jauhnya para pemuda dengan al Qur’an. Maka tak heran jika terjadi permasalahan dapat dipastikan para pemuda menjadi aktor utamanya, mulai dari tawuran, seks bebas, narkoba, pornografi atau bahkan pembunuhan. Apa jadinya nanti negara kita, kalau hal ini terus terjadi?

Seorang bijak Pramoedya Ananta Toer pernah mengatakan, bahwa sejarah dunia adalah sejarah orang muda. jika angkatan muda mati rasa matilah semua bangsa. Artinya pemuda merupakan aset yang tak ternilai dari peradaban suatu bangsa, serta menjadi kunci keberhasilan suatu bangsa. Jika para pemuda bangsa tersebut baik maka baiklah bangsa tersebut, dan jika pemuda bangsa tersebut hancur maka hancurlah bangsa tersebut.

Al Qur’an juga telah membuktikan bahwa pemuda memiliki peran yang sungguh sangat luar biasa dalam menjadi agen perubahan kebangkitan suatu peradaban, seperti kisah pemuda ashabul ukhdud yang dengan keimanan yang tinggi kepada Allah SWT mampu melawan hegemoni raja yang zhalim walau harus mengorbankan jiwanya, begitu juga kisah keberanian pemuda ashabul kahfi yang selalu dikenang sepanjang zaman, dan yang sungguh sangat luar biar biasa ialah nabi kita Muhammad SAW yang mampu merubah peradaban jahiliyah kepada peradaban yang berakhlak dan beriman.

Indonesia kita ini tidak akan pernah dapat bangkit dari keterpurukan, kecuali oleh pemuda yang mencintai al Qur’an. Sejarah membuktikan bahwa al Qur’an menjadi kunci  kejayaan umat islam. Pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz misalnya, orang yang membaca al Qur’an dalam satu hari sebanyak satu juz merupakan orang yang paling malas membaca al Qur’an, dan tidak heran pada masa tersebut menjadi masa kejayaan umat islam sehingga islam menjadi negara super power.

Dan yang menjadi bukti keberhasilan dakwah Rasulullah SAW ialah karena ia memiliki para sahabat pemuda yang sangat cinta terhadap al Qur’an, sebuah hadits (percakapan) yang terjadi antara Rasulullah SAW dengan salah seorang pemuda saat itu, Abdullah bin Amr bin al-Ash. Ia berkata : “saya mengumpulkan al Quran dan membaca dalam semalam. “ketika hal ini terdengar oleh Rasulullah SAW , dengan perasaan iba beliau berkata kepadanya: “sungguh aku khawatir, panjangnya masa yang engkau lalui hingga dirimu merasa bosan, bacalah (al-Qur’an) itu dalam waktu sebulan.”

Abdulllah sadar, bahwa dirinya masih sangat muda dan sanggup mengerjakan lebih dari apa yang dianjurkan Rasulullah. Ia lantas berkata: Wahai Rasulullah, biarkan aku menikmati masa kuat dan masa mudaku ini.” Rasulullah tidak memungkiri semangat dan kemauan keras Abdulah bin Amr bin Al Ash untuk menggunakan fase ini, yakni masa yang penuh kekuatan serta perasaan giat dalam ketaatan kepada Allah SWT. Makanya beliau kemudian memberi pengarahan lain lantaran rahmat dan kasih sayang kepada sahabatnya tersebut, beliau bersabda: “(kalau demikian) bacalah ia (Al Qur’an itu) pada setiap dua puluh hari. “Abdullah bin Amr tetap mengulangi permintaannya : “Wahai Rasulullah, biarkan aku menikmati masa kuat dan masa mudaku ini.”, kemudian Rasulullah SAW memberi taujih ketiga sebagai bentuk persetujuan akan semangat ini: “(kalau begitu) khatamkan ia setiap sepuluh hari.”

Sahabat yang mulia ini belum juga merasa puas akan jangka waktu yang disarankan kepadanya untuk menghatamkan al Quran setiap sepuluh hari. Ia pun memohon diberi kesempatan membacanya dalam waktu yang lebih singkat lagi : “Wahai Rasulullah, biarkan aku menikmati masa kuat dan masa mudaku ini.” Rasulullah SAW terus mendengarkan permintaannya, beliau bersabda : “khatamkan pada setiap tujuh hari.” Dan pada usaha terakhir agar permohonannya diluluskan oleh Rasulullah SAW untuk memanfaatkan masa ini, ia pun berkata : “Wahai Rasulullah, biarkan aku menikmati masa kuat dan masa mudaku ini.” Namun Rasulullah SAW menolak memberi waktu yang lebih sedikit dari batas yang beliau tentukan sebelumnya (yakni tujuh hari). Ini semata-mata didasari oleh perasaan kasihan dan khawatir akan terhentinya amal tersebut (disebabkan perasaan bosan)  (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Syaikh Abdullah Nasih Ulwan menyatakan bahwa strategi  musuh islam untuk menghancurkan islam ialah menghancurkan dan menghapus al-Qur’an (dalam artian menjauhkan umat islam dalam menjalankan ajara-ajaran al Qur’an). Hal ini dilakukan karena ajaran salib (Kristen) beranggapan bahwa Al-Qur’an adalah sumber pokok kekuatan orang-orang Islam, sumber mereka untuk kejayaan, kekuatan dan kemajuannya yang telah berlalu. William Gladstone mantan perdana menteri inggris pernah mengatakan, “Selama Al-AQur’an ini berada di tangan orang-orang Islam, maka Eropa sama sekali tidak akan dapat menguasai Dunia Timur. Bahkan Eropa itu sendiri akan terancam.”

Tidak ada lagi pilihan bagi pemuda kita, melainkan untuk menjadikan al Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan. Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan pilar kebangkitan umat islam. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuataannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Dan dalam setiap kejayaan al Qur’an merupakan kunci utamanya.


"Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk." (AI-Kahfi: 13)...

No comments:

Post a Comment