created by Abang moe. Bogor, 25 februari 2012
Membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan.
Maju dan mundurnya suatu Negara dapat kita lihat dari tingkat minat baca masyarakat
suatu Negara. Di Negara-negara maju seperti Amerika, Eropa, dan Jepang membaca
meruapakan suatu kebiasaan yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Di jepang misalnya membaca
bukanlah suatu yang aneh lagi. Kita akan dapat dengan mudah menemukan orang
membaca di setiap sudut tempat, seperti di bis, kereta, pesawat, airport,halte
atau tempat umum lainnya. Dan sangat
berbeda sekali kalau dibandingkan dengan di Indonesia, kita hanya akan
menemukan orang yang memainkan HP, orang ngerumpi yang gak jelas yang hanya
sekedar menceritakan acara Televisi yang ditontonnya padahal udah sama-sama
nonton, ataupun pemuda yang nongkrong dipinggir jalan sambil menenteng gitar
dan kalau pun ada yang membaca buku, Koran , atau yang sejenisnya itu sangat
jarang.
Indonesia tergolong Negara yang
tingkat minat membacanya masih rendah. Berdasarkan laporan UNDP tahun 2003 angka
buta huruf di Indonesia berada di posisi ke 112 dari 174 negara. Dan berdasarkan laporan dari BPS
tahun 2006 menunjukkan masyarakat Indonesia lebih menonton Televisi (85,9%)
dari pada membaca membaca Koran (23,5%). Wajar apabila Negara kita Indonesia kemajuan
dan perkembangannya sangat lamban, karena tingkat minat baca masyarakatnya
masih rendah.
Dalam islam membaca bukanlah
suatu hal yang aneh. Bahkan jauh hari sekitar 14 abad yang lalu sebelum Jepang,
Amerika, Jerman dan Negara-negara di Eropa yang lainnya mengkampanyekan bidaya
membaca, Islam sudah lebih dahulu mengkampanyekan budaya membaca. Dan tak hanya
sekedar kampanye, membaca juga merupakan intruksi pertama Allah SWT dalam
Al-Quran; “Iqro’ !” bacalah.
Sebuah peristiwa fenomenal yang dalam sejarah umat islam yaitu
kemenangan perang Badar. Pada peristiwa tersebut pasukan musuh banyak yang ditawan oleh
pasukan Rasulullah SAW, ketika itu Rasulullah SAW meminta pendapat kepada dua
orang sahabatnya Umar dan Abu Bakar tentang tawanan mereka. Umar bin Khattab
mengusulkan kepada Rasulullah agar para tawanan perang Badar untuk dibunuh.
Sedangkan Abu Bakar berpendapat agar para tahanan untuk dibebaskan dengan
syarat mereka mengajari baca dan menulis
sepuluh anak orang islam hingga mahir.
Ketika itu pendapat yang Rasululllah SAW pilih adalah pendapat Abu Bakar yaitu membebaskan tawanan dengan syarat mengajar baca dan tulis sepuluh anak orang islam. Inilah bukti bahwa Rasulullah SAW lebih berpikir kedepan. Beliau memilih pendapat Abu Bakar bukan tanpa alasan, beliau menginginkan umatnya agar menjadi umat yang cerdas dan umat cinta ilmu pengetahuan.
Khalifah Harun Al Rasyid dan khalifah
Al-Makmun adalah dua orang suksesor yang berhasil dalam membangun peradaban Islam
sampai kepuncak kejayaannya melalui ilmu pengetahuan. Terbukti pada saat itu
terdapat 100 toko buku di karkh, pinggiran kota Baghdad. Setiap Masjid
mempunyai perpustakaan. Pada masa itu juga berdiri perpustakaan yang bernama
Bayt Alhikmah “Rumah Pengetahuan” di kota Baghdad yang orang mana orang-orang
seluruh dunia datang berbondong-bondong datang kesana untuk menuntut ilmu.
Pada masa itu juga banyak lahir
ilmuwan-ilmuwan dunia yang terkenal seperti Anas bin Malik, Al-Kindi, Imam Abu Hanifah,
Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Siena, Al-Khawarizmi, Jabir bin Hayyan, Al-Biruni,
Ibnu Haystam dan lain-lain.
Jangan pernah ada kata terlambat
untuk menjadi seperti mereka. So tunggu apalagi “Iqra’!” bacalah! Bacalah!untuk hari-hari yang indah dan masa
depan yang cerah. Jadilah pemain untuk kejayaan dan kemajuan Umat ini.
Allahu a’lam bish shawab.
No comments:
Post a Comment